Dosen Temukan "Beras Cerdas" untuk Warga Miskin
Jember - Sebanyak 490 warga miskin di Kecamatan Jelbuk dan Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis, 27 Desember 2012, menerima bantuan beras tiruan dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Jawa Timur dan Universitas Jember."Beras cerdas buatan ahli dari Unej ini kami proyeksikan menggantikan beras biasa untuk warga miskin (raskin)," kata Kepala Bidang Penganekaragaman BKP Jawa Timur, Priyanto.
Menurut Priyanto, Badan Ketahanan Pangan Pusat (Kementerian Pertanian), dan BKP Jawa Timur telah mendirikan empat pabrik beras cerdas di Kabupaten Jember, Ponorogo, dan Blitar dengan kapasitas produksi 2 ton per hari. "Kami ingin beras cerdas ini juga untuk mendidik konsumen terbiasa mengkonsumsi makanan pokok non-beras," ujarnya.
Penemu beras cerdas yang juga dosen Universtas Jember, Achmad Subagio, mengatakan bahwa kerja sama dengan DKP Jawa Timur itu sangat bermanfaat bagi masyarakat luas. Apalagi Indonesia kaya akan potensi pangan alternatif pengganti beras, seperti ubi kayu atau singkong, sagu, ubi jalar, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan jagung.
"Kami berharap usaha dan kerja sama ini mendapat dukungan luas agar Indonesia bebas dari ketergantungan impor di bidang pangan," ucapnya.
Pertengahan 2011 lalu, Subagio berhasil menciptakan beras tiruan yang kemudian disebut sebagai beras cerdas dari bahan tepung singkong, atau yang disebut sebagai modified cassava flour (Mocaf). Doktor lulusan Osaka Prefecture University, Jepang, itu memaparkan bahwa beras buatannya memiliki lima kecerdasan.
Di antaranya berbahan baku lokal, yakni Mocaf dan bahan alami lain yang bisa diperoleh di berbagai daerah di Indonesia, seperti sayuran. Proses pembuatannya sederhana dan bisa diproduksi secara massal oleh industri besar dan kecil, seperti usaha kecil dan menengah (UKM). Memasaknya pun seperti memasak beras atau mi instan yang bisa menggunakan dengan rice cooker atau panci masak.
Selain itu, juga cerdas dalam pemanfaatan kesehatan serta untuk tujuan pembangunan nutrisi, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat.
Beras cerdas bisa dikombinasikan dengan bahan lain agar bisa disesuaikan dengan selera, juga kebutuhan konsumsi karbohidrat secara umum dan kebutuhan khusus. Misalnya, untuk kebutuhan khusus masyarakat yang rawan gizi atau mengalami gizi buruk, beras cerdas bisa ditambah dengan sumber protein lain, seperti yodium dan zat besi.
"Begitu juga untuk penderita kolesterol atau diabetes, autis, serta ibu hamil dan menyusui, dengan mudah ditambahkan unsur yang dibutuhkan dan diambilkan dari bahan lokal juga. Begitu juga untuk ibu hamil dan menyusui bisa ditambahkan sayur katu, dan sayuran lain yang banyak mengandung asam folat," ucap Subagio.
Subagio menyatakan bahwa beras cerdas memiliki kandungan gizi yang lebih dibandingkan beras biasa. Selain kandungan karbohidrat dari tepung Mocaf, juga beras, ditambah bahan-bahan alami lain yang mengandung protein, antioksidan, vitamin, dan mineral. Apalagi 25 sampai 30 persen beras cerdas ini bahannya juga dari beras padi.
(tempo/27/12/12)Menurut Priyanto, Badan Ketahanan Pangan Pusat (Kementerian Pertanian), dan BKP Jawa Timur telah mendirikan empat pabrik beras cerdas di Kabupaten Jember, Ponorogo, dan Blitar dengan kapasitas produksi 2 ton per hari. "Kami ingin beras cerdas ini juga untuk mendidik konsumen terbiasa mengkonsumsi makanan pokok non-beras," ujarnya.
Penemu beras cerdas yang juga dosen Universtas Jember, Achmad Subagio, mengatakan bahwa kerja sama dengan DKP Jawa Timur itu sangat bermanfaat bagi masyarakat luas. Apalagi Indonesia kaya akan potensi pangan alternatif pengganti beras, seperti ubi kayu atau singkong, sagu, ubi jalar, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan jagung.
"Kami berharap usaha dan kerja sama ini mendapat dukungan luas agar Indonesia bebas dari ketergantungan impor di bidang pangan," ucapnya.Pertengahan 2011 lalu, Subagio berhasil menciptakan beras tiruan yang kemudian disebut sebagai beras cerdas dari bahan tepung singkong, atau yang disebut sebagai modified cassava flour (Mocaf). Doktor lulusan Osaka Prefecture University, Jepang, itu memaparkan bahwa beras buatannya memiliki lima kecerdasan.
Di antaranya berbahan baku lokal, yakni Mocaf dan bahan alami lain yang bisa diperoleh di berbagai daerah di Indonesia, seperti sayuran. Proses pembuatannya sederhana dan bisa diproduksi secara massal oleh industri besar dan kecil, seperti usaha kecil dan menengah (UKM). Memasaknya pun seperti memasak beras atau mi instan yang bisa menggunakan dengan rice cooker atau panci masak.Selain itu, juga cerdas dalam pemanfaatan kesehatan serta untuk tujuan pembangunan nutrisi, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat.Beras cerdas bisa dikombinasikan dengan bahan lain agar bisa disesuaikan dengan selera, juga kebutuhan konsumsi karbohidrat secara umum dan kebutuhan khusus. Misalnya, untuk kebutuhan khusus masyarakat yang rawan gizi atau mengalami gizi buruk, beras cerdas bisa ditambah dengan sumber protein lain, seperti yodium dan zat besi.
"Begitu juga untuk penderita kolesterol atau diabetes, autis, serta ibu hamil dan menyusui, dengan mudah ditambahkan unsur yang dibutuhkan dan diambilkan dari bahan lokal juga. Begitu juga untuk ibu hamil dan menyusui bisa ditambahkan sayur katu, dan sayuran lain yang banyak mengandung asam folat," ucap Subagio.Subagio menyatakan bahwa beras cerdas memiliki kandungan gizi yang lebih dibandingkan beras biasa. Selain kandungan karbohidrat dari tepung Mocaf, juga beras, ditambah bahan-bahan alami lain yang mengandung protein, antioksidan, vitamin, dan mineral. Apalagi 25 sampai 30 persen beras cerdas ini bahannya juga dari beras padi. (tempo/27/12/12)
Bagamana menurut Anda Tentang Artikel ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar