Selasa, 09 September 2014

Trik Cepat Melatih Makan Voer Burung Tangkapan Hutan

Pada saat membeli burung berkicau hasil tangkapan hutan biasanya burung tidak langsung memakan makanan yang diberi manusia contohnya voer. Pemberian makanan secara paksa dapat berakibat fatal pada burung tersebut selain burung tidak mau makan dampak paling buruknya adalah burung tersebut dapat mati. Untuk pemberian voer yang baik adalah dengan perbandingan pemberian voer yang pas.

Dengan pemberian voer yang pas dapat mempertahankan kondisi tubuhnya agar selalu fit, pemberian voer yang semacam ini dapat mempercepat proses pelatihan pembiasaan makan voer total. Di bawah ini ada beberapa trik melatih burung makan voer sebagai berikut :

1. Burung yang kita dapat harus disosialisasikan terlebih dahulu dengan memberikan kroto segar selama beberapa hari.
2. Jika penyesuaian dengan lingkungan baru sudah berhasil, lakukan pemberian voer halus dicampur dengan kroto segar. Pada tahap ini usahakan perbandingan antara voer dan kroto 1 : 2 pemberian seperti ini dilakukan selama ±4 hari.
3. Apabila burung tidak menolak dan antara voer dan kroto sama-sama dimakan, maka porsi voer kita tambah sedikit demi sedikit dan perbandingannya menjadi 2 : 2.
4. Perhatikan keadaan burung dan cupuk makannya, jika burung tidak bermasalah dengan penambahan voer tadi dan voer dengan kroto sama-sama habis bisa dilanjutkan ke tahap berikutnya. Biasanya waktu yang dibutuhkan ±1 minggu untuk tahap ini.
5. Selanjutnya dalam tahap ini voer halusnya tidak di taburkan atau di campur dengan kroto melainkan dipisah dalam cupuk sendiri-sendiri. Untuk perbandingan voer dan kroto adalah 2 : 1 tetapi kroto hanya diberikan pada pagi dan sore.
6. Nah, dari komposisi tadi kita amati perkembangannya. Jika burung sudah terlatih dan terbiasa makan voer, maka untuk pemberian kroto segar bisa mulai kita atur sesuai dengan perkembangan stamina burung. Jika kondisi burung menurun dan kurang rajin bunyi, kroto segar dan extra fooding berupa jangkrik, ulat ataupun pisang dapat kita tambahkan (tergantung dari jenis extra fooding yang biasa dimakan burung tersebut).




Di sini saya hanya akan menjelaskan salah satu dari sekian banyak ciri-ciri untuk burung jalak suren jantan. 

Untuk ciri-ciri jalak suren jantan bisa di lihat dari suara kicauan, bentuk fisik maupun tingkah lakunya. Misalnya bodi burung jalak suren jantan bentuknya besar dan memanjang, tingkah lakunya lebih agresif bila di bandingkan dengan burung jalak suren betina. Dan masih banyak lagi untuk ciri-cirinya dan saya tidak akan membahasnya.

Soalnya ciri-ciri tersebut sifatnya relatif, tergantung siapa yang memberi definisi untuk masing-masing ciri-ciri tersebut. 

Contohnya seperti di atas tadi, burung jalak suren jantan bodi besar dan lebih panjang daripada burung betina. Definisi atau kriteria panjang dan pendek menurut pandangan orang yang setiap harinya selalu melihat burung jalak suren, dibandingkan yang jarang melihat atau malah baru pertama kali melihat tentu beda. 

Contoh lebih jelasnya lagi, ada seorang penghobi yang masih awam tentang burung jalak suren dan pergi ke pasar burung untuk membeli burung jalak suren jantan. Karena tidak bisa membedakan jantan betinanya, lalu orang tersebut menyuruh si pedagangnya untuk memilihkan yang jantan. Lalu oleh si pedagang di ambilnya itu burung yang jantan, karena penasaran dan rasa ingin tahu maka si pembeli tanya ? 

Pembeli : "Ini burung bedanya gimana sama yang betina ? 

Penjual : si penjual jawab " Ini bodinya lebih panjang " sambil menunjuk burung yang lain, lalu berkata "Itu yang di kandang hijau betina dan bodinya lebih pendek daripada burung yang ini"

Menurut saya, biarpun burung jantan dan betina tersebut diletakkan berdampingan oleh si pedagang, kalau pembelinya baru pertama kali melihat atau jarang, definisi panjang pendek, besar kecil tetap saja masih bingung, karena burung tampak sama. 

Masih bersifat relatif karena tidak ada satuan ukuran pastinya. Contoh, panjang dan besar atau diameter dalam satuan baku "cm", lincah satuan kecepatan "m/s" he he .... dan lain-lain. Jadi hitungannya cuma feling atau perasaan saja. Dan tentunya tidak bisa mutlak tepat 100%, karena hanya berdasar tebakan feling ? dan kwalitas feling sendiri juga dipengaruhi oleh suasana hati si orangnya juga.

Sekarang untuk ciri-ciri yang pasti dan tidak berdasar tebakan, bisa di lihat oleh yang berpengalaman ataupun yang masih awam, anak kecil juga bisa melihat dan bisa membedakannya. Soalnya tandanya jelas dan berupa warna. 
Bila di sekitar kulit dubur ada tanda lingkaran warna gelap biru atau ungu, maka sudah bisa di pastikan kalau burung tersebut berjenis kelamin jantan. Biar lebih jelas melihat bisa di kasih sedikit air pada duburnya, nanti bulu-bulunya akan menyatu dan tidak mengembang. Jadi dasaran kulit jelas kelihatan warnanya.

Tapi dengan catatan, burung sudah menginjak usia birahi atau sekurang-kurangnya berumur satu setengah tahun. Disini umur satu setengah tahun dibuat rata-rata. Soalnya usia birahi sendiri tidak ada patokannya. Contohnya kalau pada orang adalah "sifat dewasa", yang tidak ada patokan umurnya. Sifat dewasa tidak harus berusia tua tapi sebaliknya, kadang ada orang yang berumur belum genap dua puluh tahun tapi sifat kedewasaanya sudah matang.

Menurut pengalaman pribadi, pernah ada kejadian tanda biru muncul saat usia tujuh bulan. Hanya selang satu sampai dua bulan setelah selesai mabung. Jadi menurut saya tanda biru muncul paling cepat usia tujuh bulan.

Intinya 
tanda biru !!, kalau tanda biru sudah muncul maka ciri-ciri yang lain abaikan saja. Karena sudah jelas, tanda kejantanan sudah kelihatan. Ibarat tanda biru adalah ciri primer dan yang lain adalah ciri sekunder.